Sahabat dunia islam, Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin
menuliskan bahwa pada suatu hari datanglah seorang yang telah kehilangan
semangat kepada seorang hakim. Lantas dia menanyakan tentang mengapa ada
seorang yang bodoh tetapi mendapat rezeki yang layak. Sedangkan, di sisi lain,
ada seorang yang mempunyai otak cemerlang tetapi tidak mendapat rezeki yang
layak.
Mendengar pertanyaan itu, sang hakim menjawab sebagai
berikut, “Jika setiap orang yang mempunyai otak cemerlang mendapat rezeki yang
layak, dan setiap orang yang bodoh tidak mendapat rezeki yang layak, maka akan
timbul sebuah asumsi bahwa seorang yang mempunyai otak cemerlang dapat
memberikan rezeki kepada temannya. Akibatnya, setelah orang lain tahu dan
berpandangan bahwa yang dapat memberi rezeki itu adalah temannya sendiri, maka
tidak ada artinya usaha yang mereka lakukan untuk mendapat rezeki tersebut.”
Semua rezeki yang ada itu berasal dari Allah karena Allah
adalah ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki). Allah memberikan kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Firman Allah, “Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia
kehendaki dan menyempitkan (bagi siapa yang Dia kehendaki),” (QS ar-Ra’d [13]:
26).
Rezeki merupakan salah satu rahasia Allah dari tiga hal
lainnya, yaitu umur, jodoh, dan kematian. Ia tidak dapat dikalkulasi dengan
nalar manusia.
Allah SWT telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya. Setiap
manusia yang terlahir ke dunia sudah dilengkapi dengan rezeki masing-masing.
Oleh karena itu, selayaknyalah kita tidak perlu cemas mengenai rezeki.
Persoalan rezeki telah diatur oleh Allah SWT.
Ada empat tingkatan cara Allah memberi rezeki.
Pertama, rezeki tingkat pertama (yang dijamin oleh Allah),
“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di atas bumi ini melainkan
semuanya dijamin Allah rezekinya,” (QS Hud [11]: 6). Artinya, Allah akan
memberi kesehatan, makan, dan minum untuk seluruh makhluk hidup di dunia ini.
Ini adalah rezeki dasar yang terendah.
Kedua, rezeki tingkat kedua, “Dan bahwa manusia hanya
memperoleh apa yang telah diusahakannya,” (QS an-Najm [53]: 39). Allah akan
memberi rezeki sesuai dengan apa yang dikerjakan hambanya. Jika kerja lebih
lama, lebih rajin, lebih berilmu, lebih sungguh-sungguh, ia akan mendapat lebih
banyak. Tidak pandang dia itu Muslim atau kafir.
Ketiga, rezeki tingkat ketiga, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangatlah berat.” Inilah rezeki
yang disayang Allah.
Keempat, rezeki tingkat keempat (selalu berusaha dan
ikhtiar)“ Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)Nya….(QS ath-Thalaq [65]: 2-3).
Hal penting yang perlu dilakukan sebagai manusia yang diberi
akal budi, kita tetaplah harus berikhtiar, berusaha untuk mendapat rezeki itu.
Terlepas nanti apakah rezeki kita banyak atau tidak, itu dikembalikan kepada
Allah. Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba
karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan
untuk berhasil.
Haruslah yakin bahwa ikhtiar itu bukan penyebab datangnya
rezeki, tapi rezeki itu datangnya dari Allah. Untuk mendapat rezeki ada Kunci
pembuka rezeki, maka berusaha dan menjemput rezeki itu juga penting. Selamat
menjemput rezeki, semoga berkah.(5/1)*
0 on: "EMPAT TINGKATAN CARA ALLAH MEMBERI REZEKI"